Kamis, 08 November 2012

Sabtu, 21 Maret 2009

SUBSTAIN ATAU TIDAKNYA GEDUNG UKDW..





Gedung UKDW yang juga merupakan salah satu bentuk arsitektur dimana bangunannya adalah berguna untuk aktivitas perkuliahan dihadapkan pada satu pertanyaan, apakah bangunan UKDW akan substain atau tidak dikemudian hari dengan beberapa factor, yakni factor elemen fisik, persepsi, aktivitas dan waktu.



Elemen Fisik

Faktor elemen fisik adalah factor-faktor yang berhubungan dengan elemen apa yang digunakan pada sebuah bangunan. Gedung UKDW memiliki beberpa elemen fisik dimana elemen-elemen tersebut melengkapi bergunanya sebuah bangunan. Elemen-elemen tersebut yakni dinding, atap, plafond, lantai, pintu, jendela serta kolom yang merupakan contoh adanya elemen fisik pada bangunan UKDW. Elemen-elemen ini dapat saja berubah dengan adanya perkembangan pemikiran tentang ruang. Misalnya saja dengan keinginan memperbesar sebuah ruang, maka elemen dinding dapat dikurangi.



Persepsi

Faktor persepsi yang merupakan kaitan erat dengan tanggapan orang-orang sekitar tentang bangunan yang digunakan juga memiliki persepsi tentang bangunan UKDW sendiri. Orang mengenal bangunan UKDW sebagai tempat pembelajaran atau perkuliahan. Persepsi orang mungkin akan berubah jika bangunan UKDW memiliki bentuk yang berbeda yang tidak seperti tempat perkuliahan pada umumnya. Disini dapat diambil contoh adalah dengan adanya gedung baru disebelah gedung lama. Adanya perbedaan persepsi yang mungkin saja terjadi yakni gedung baru merupakan gedung perkantoran dan bukan tempat untuk perkuliahan.



Aktivitas

Faktor aktivitas merupakan salah satu factor yang juga penting untuk dilihat dalam hal perubahan bangunan UKDW untuk kedepannya. Beberapa aktivitas yang terdapat disini adalah kegiatan pengembangan pribadi mahasiswa baik spiritualitas maupun rohani disamping kegiatan pembelajaran atau perkuliahan sebagai kegiatan pokok yang terjadi pada bangunan ini. Pada kedepannya, menurut saya mungkin saja bila perubahan itu terjadi. Aktivitas pada bangunan lama mungkin saja akan tergantikan dengan aktivitas lain yang lebih cocok dengan bentuk atau model bangunan tersebut.



Waktu

Faktor waktu yang merupakan factor perubahan kedepan disini terkait dengan eksistensinya. Bangunan lama merupakan bangunan tempat perkuliahan yang mungkin saja lama kelamaan akan sedikit terjadi perubahan terhadapnya sehingga perlu digantikan dengan bangunan baru yang lebih terlihat layak dalam pemakaiannya. Sehingga, waktu memberi pengaruh pada layak atau tidaknya sebuah bangunan untuk kedepannya.

Kamis, 12 Maret 2009

KRITIK KARYA ARSITEKTUR




Salah satu karya arsitektur yang saya kritik adalah bangunan Klenteng San Po Kong. Klenteng ini memiliki bentuk atap yang berbentuk melengkung dengan melancip kearah atas pada bagian sisi ujungnya. Perbedaan ruang-ruangnya adalah terletak pada ketinggian, warna lantai yang berbeda serta penataan kolom-kolom. Untuk ukuran klenteng sebagai tempat ibadah, tempat ini ditata baik dengan perbedaan hirarki yang terletak bukan pada pembatas seperti dinding atau partisi-partisi namun terletak pada perbedaan ketinggian lantai, perbedaan warna serta penataan kolom. Mungkin tidak banyak yang dapat dokritik dari bangunan klenteng ini, namun yang dapat kita tarik dengan adanya bangunan seperti klenteng ini adalah bahwa pembatas antar ruang tidak hanya dapat dibatasi dengan adanya dinding atau partisi lainnya, namun juga dengan ketinggian, warna serta penataan kolom.

Rabu, 26 November 2008

Ruang sisa di Kampus

Di kampus Duta Wacana, ada beberapa lahan/site yang terbuang atau tersisa yang tidak digunakan. Menurut pendapat saya, lahan kosong ini tidak tergunakan atau menjadi sisa karena pembangunan gedung kampus yang menyisakan lahan kosong tersebut. Hal ini membuat terbentuknya lahan kosong sisa yang bentunya tidak hanya kotak namun juga terbentuk lahan/site dengan beberapa bentuk.





Ruang/lahan ini dapat disebut lahan sisa karena ruangnya yang tidak termanfaatkan dan terbuang begitu saja. Ruang yang sebenarnya dapat dimanfaatkan, namun tidak dimanfaatkan. Selain itu, yang paling nyata menunjukkan mengapa ruang sisa ini dapat terjadi adalah karena pembangunan gedung kampus yang berbentuk kotak/ dengan site grid yang membuat adanya lahan lain yang terbuang.

Rabu, 12 November 2008

Laporan Perjalanan ke Semarang

Pada tanggal 30 Oktober lalu, mata kuliah Teknik Arsitektur mengadakan study ekskursi ke Semarang. Tempat-tempat yang kami kunjungi merupakan tempat pusat pemerintahan Eropa dulu. Sehingga hampir seluruh bangunan yang ada merupakan bangunan-bangunan tua peninggalan bangsa Eropa yang dibangun menurut arsitektur Eropa. Tidak banyak bangunan yang diciptakan dengan menyesuaikan iklim tropis. Namun begitu, sudah ada beberapa bangunan tua yang telah mempelajari bangunan yang perlu dibangun di iklim tropis, sehingga, bangunan yang dibangun tidak hanya padat dan tertutup, namun juga memiliki bukaan yang banyak. Hal ini dapat kita lihat pada bangunan Lawang sewu sebagai contoh bangunan yang telah mengenal daerah tropis.






Dalam perjalanan ini, banyak sekali hal-hal yang dapat dipelajari sehubungan dengan kuliah arsitektur. Ruang merupakan salah satu contoh yang saya ambil sebagai bahasan untuk laporan perjalanan ke Semarang ini.
Yang dapat saya pelajari tentang ruang pada perjalan ini adalah bagaimana sebuah ruang, baik ruang dalam dan ruang luar dapat terbentuk oleh bentuk bangunan itu sendiri.
Hal ini dapat kita lihat dengan mengambil contoh pada bangunan Lawang Sewu. Bangunan dalam terbentuk oleh batasan-batasan dinding v
ertikal, dan ruang luar terbentuk oleh adanya bangunan sekitar. Untuk contoh bangunan Lawang Sewu, sebuah ruang yang disebut sebagai halaman dapat terbentuk oleh adanya dua bangunan yang dibangun bersebelahan, sehingga menyisakan ruang kosong yang berfungsi sebagai halaman disini.

Selain bangunan Lawang Sewu, tata kota lama di Semarang pun memeberikan gambaran yang jelas tentang Ruang dan Keindahan. Sehingga, antara bangunan dan ruang memiliki keterikatan satu dengan yang lain. Bangunan/massa dapat menciptakan ruang dan ruang dapat memberikan estetika/keindahan bagi bangunan/massa yang ada. Ruang-ruang yang terjadi pada tata kota lama Semarang ini terjadi oleh adanya massa-massa bangunan yang berdiri disekitarnya. Pada saat berdiri didepan stasiun kereta api Tawang, saya dapat dengan langsung menikmati pemandangan bangunan-bangunan tua yang terletak tepat di depan stasiun Tawang tersebut. Hal ini menjadi terasa lebih indah dan menarik oleh karena adanya ruang yang diciptakan diantara bangunan-bangunan tersebut. Ruang yang membentuk kolam besar yang dibangun di antara bangunan-bangunan tua tersebut.

Selain itu, bangunan gereja Blenduk pun memberikan pelajaran yang sama tentang ruang . Dengan berdirinya yang kokoh diantara bangunan-bangunan lain dengan agak menjorok ke depan, bangunan gereja Blenduk ini memberikan kesan estetika yang indah di antara bangunan-bangunan lain yang mengelilinginya. Gereja Blenduk ini, selain bentuk bangunannya dari luar yang tampak indah jika dilihat dari ruang-ruang luar yang berfungsi sebagai jalan atau pun halaman, ruang dalam gereja ini pun memiliki keindahan tersendiri, yakni dengan bentuk langit-langit bangunannya yang melengkung. Hal ini memberikan pelajaran baru bahwa, ruang dapat diciptakan dengan berbagai bentuk dan dapat disesuaikan dengan fungsinya.


Dari segi tata kota, wilayah ini dibuat memusat dengan gereja Blenduk dan kantor-kantor pemerintahan sebagai pusatnya. Hal ini disebabkan Karena pada saat itu pusat pemerintahan di Eropa adalah gereja dan gubernurnya. Gereja te
rlibat dalam pemerintahan dan demikian pula sebaliknya.

Selain ruang yang tercipta oleh massa atau bidang, ruang pun dapat terbentuk oleh kolom, garis atau ketinggian lantai.
Pada contoh bangunan klenteng Sam Po Kong yang juga kami datangi di Semarang, bangunan ini menunjukkan adanya perbedaan ruang yang terbentuk oleh kolom serta ketinggian lantai. Sehingga, ketinggian lantai serta kolom-kolom yang berdiri menjadi pembatas sebuah ruang sekaligus dengan fungsinya yang berbeda beda. Walaupun tidak memiliki dinding yang dengan langsung menjadi batasan sebuah ruang, namun orang yang datang ketempat ini dapat langsung mengetahui batas-batas ruangnya.